DENPASAR-klikpena.com
Informasi dan berita hoax benar-benar jadi momok yang mengkawatirkan tidak saja pemerintah, tetapi juga hampir seluruh lapisan masyarakat yang kerab jadi korban Hoax alias berita bohong. Pemerintah, dalam hal ini Dinas Komunikasi dan Informatika jelas sangat berkepentingan untuk terus mengedukasi publik tentang cara-cara menghadapi hoax.
“Kita keliling kabupaten untuk melaksanakan literasi media, ke sekolah-sekolah, ke masyarakat dan ke Banjar-banjar. Melalui literasi media diharapkan masyarakat cerdas untuk memahami mengenai berita atau di media sosial, sehingga tidak terjadi UU ITE, ” kata sekretaris Diskominfo provinsi Bali Agus Suryawan, usai melaksanakan literasi media, Kamis (16/5/2019).
Literasi Media yang diselenggarakan di kantor Diskominfos Provinsi Bali tersebut menghadirkan dua nara sumber yakni Ketua Komisi Informasi (KI) Bali, Agus Astapa dan Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi Bali, Emanuel Dewata Oja alias Edo.

“Kegiatan ini bertujuan untuk menekan hoaks. Kalau masyarakatnya sudah cerdas, tentu nanti hoaks berangsur-angsur bisa dikurangi, tambah Agus.Ia juga mengajak masyarakat untuk jeli melihat suatu berita, dan wajib untuk mencari tahu kebenaran melalui media-media terpercaya.”Untuk menghindari hoaks, Kita melihat dari ciri-ciri hoaks itu sendiri, kalau ada isi, sebarkan viralkan, itu perlu dipertanyakan, apakah sudah ada di media mainstream. Kalau tidak ada, hoakslah itu. Sumbernya harus jelas, kalau berita yang benar pasti tidak meresahkan. Dan tentu ada solusi dari masalah yang ada,” tambah Agus.
Untuk di Bali, Agus mengatakan isu mengenai pemilihan presiden masih menjadi trend penyebaran hoaks. “Kalau trendnya memang ada. Isu tentang pilpres, hate speech. Apalagi di bulan-bulan politik ini. Sekarang dampaknya juga masih terasa,” ujar Agus.

Dalam paparannya Ketua SMSI Bali, Emanuel Dewata Oja alias Edo mengungkapkan Pers dalam hal ini organisasi Pers seperti Dewan Pers dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) juga sangat perihatin dengan perkembangan teknologi informasi yang tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya. “Sekarang ini orang menggunakan teknologi dan kemudahan-kemudahan Informasi justru untuk menyebar berita atau informasi Hoax,” ujar Edo yang juga menjabat Sekretaris PWI Bali.
Hoax kata dia, memang mayoritas beredar di media sosial namun tidak tertutup kemungkinan juga beredar di media-media mainstream. Itu sebabnya, Dewan Pers selalu mengedukasi dan merefresh pengetahuan para wartawan agar terhindar bahkan bisa menjadi cleaning house atau rumah pembersih informasi, dimana masyarakat bisa temukan informasi atau berita yang benar. “Materi Hukum Pers yang saya bawakan tadi sesungguhnya juga merupakan bagian dari upaya untuk mewujudkan media mainstream sebagai cleaning house tempat masyarakat menemukan kebenaran,” ujar edo usai membawakan materi Hukum Pers.
Pada kegiatan ini diskominfo juga mengandeng wartawan, Pengurus Orari Bali dan Pengurus RAPI Bali, untuk sama-sama memerangi hoaks, dan menjadi penyambung informasi kepada masyarakat mengenai kebenaran berita. BIL
Komen via Facebook