Perempuan Bali Berperan Besar Mencegah Paham Radikalisme

126

DENPASAR-klikpena.com
Istri Gubernur Bali, Nyonya Putri Koster, mengatakan para wanita Bali punya peran sangat besar dalam upaya menangkal paham radikalisme dan terorisme. Peran tersebut selain merupakan aktualisasi fungsi sebagai ibu rumah tangga seperti pada umumnya, juga karena secara spesifik perempuan Bali sangat taat pada tata krama kehidupan adat Bali sebagaimana diatur dalam berbagai kearifan lokal seperti menyama braya paras paros dan lainnya.
Demikian salah satu kesimpulan materi yang disampaikan Istri Gubernur Bali ini, ketika tampil sebagai pembicara dalam acara diskusi Pelibatan Perempuan dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme.
Diskusi yang mengambil tema Perempuan Agen Perdamaian tersebut diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI bekerjasama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Bali, di Inna Grand Bali Beach Hotel, Kamis 15 Agustus 2019. Peserta diskusi sejumlah 100 orang terdiri dari para ibu rumah tangga, aktifis perempuan dan para mahasiswi beberapa universitas di Denpasar.
Diuraikan Nyonya Putri Koster, bahwa
dalam budaya dan tradisi masyarakat Bali, diyakini bahwa dalam banyak hal, perempuan Bali mengambil peran mayoritas dalam keluarga terutama sebagai pelaku utama budaya Bali, selain membina kehidupan keluarga sebagai peran yang umumnya dilakukan para wanita. Dengan pola tradisi dan budaya seperti ini, perempuan Bali banyak bersosialisasi dengan warga tetangga sekitarnya dengan dasar falsafah menyama braya. Dalam sosialisasi seperti itulah kaum perempuan Bali bisa menularkan nilai-nilai positif sekaligus dapat menangkal paham-paham negatif yang dapat membahayakan seperti paham radikal dan paham-paham intoleran.

Sebahagian peserta diskusi Perempuan Agen Perdamaian yang diselenggarakan BNPT RI bersama FKPT Provinsi Bali, di Inna Grand Bali Beach Sanur, Kamis 15 Agustus 2019

Pada kesempatan tersebut juga tampil Kepala Seksi Partisipasi Masyarakat Direktorat Pencegahan Deputi I BNPT RI, Setyo Pranowo, SH, MH, yang membawakan materi berjudul “Kebijakan dan Strategi Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Indonesia. “
Setyo Pranowo pada kesempatan tersebut meminta para wanita Bali, khususnya para peserta diskusi untuk menjadi insan-insan terdepan dalam upaya mencegah tumbuhnya paham-paham radikalisme dan terorisme. Hal itu dapat dilakukan dengan keterlibatan sosial dalam masyarakat sambil menyebar pikiran-pikiran positif sekaligus menagkal masuknya paham-paham radikalisme dan terorisme mulai dari rumah tangga, demi menegakkan sekalugus memperkokoh idiologi negara Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
Sekilas, Setyo Pranowo menyampaikan gambaran bahaya radikalisme dalam tataran pemahaman maupun secara aktualisasi. Bahwa di Indonesia berdasarkan data yang dihimpun BNPT, ternyata kaum wanita Indonesia juga banyak yang terjerumus dalam paham-paham radikalisme. “Misalnya sudah cukup banyak bahkan jumlahnya mulai signifikan keterlibatan perempuan sebagai anggota ISIS, dan berbagai bentuk paham radikalisme di tanah air. Ibu-ibu diminta aktif untuk peduli terhadap lingkungan. Manakala ada tetangga yang pikiran-pikirannya mulai mencurigakan apalagi merrsahkan, ibu-ibu ini kami minta untuk proaktif melaporkannya kepada pihak-pihak berwenang, agar fungsi pencegahan tersebut bisa berjalan dengan positif dan baik, “ujar Setyo Pranowo.
Diskusi tersebut juga menampilkan dua nara sumber lain dari BNPT RI, yakni Siti Hanifah dan Rosita Tandos, keduanya adalah aktifis perempuan.
Sementara ketua panitia, yang juga Kabid Perempuan dan Anak, FKPT Provinsi Bali, Dr. I Gusti Ayu Putri Kartika, SH, MH berharap, kegiatan tersebut berdampak positif bagi penambahan wawasan kaum perempuan Bali tentang upaya-upaya pencegahan masuknya paham-paham radikal khususnya di Bali. “Kita tahu bersama bahwa Bali hingga saat ini masih merupakan daerah target penyebaran paham radikalisme dan terorisme. Itu sebabnya seluruh komponen masyarakat Bali hendaknya selalu disadarkan akan bahaya-bahaya radikalisme dan terorisme agar peristiwa-peristiwa pahit seperti bom Bali beberapa tahun lalu dapat dicegah sedini mungkin. Nilai-nilai positif pencegahan paham radikalisme dan terorisme harus terus ditanamkan pada masyarakat Bali dan kebetulan yang hari ini adalah kaum perempuan, ” ujarnya. BIL

Komen via Facebook